Rabu, 09 Maret 2016

FPI Siap Menghadang Ahok Di Pilkada

Daftarsabungayam - Ada yang luput dari perhatian mass media atas momen yang berlangsung pada hari Kamis, 25 Februari 2016 lantas di satu pojok kota Jakarta.

Hari itu, beberapa ulama, habib serta beberapa tokoh yang tergabung dalam Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah, buka satu acara bertopik Konvensi Calon Gubernur Muslim.

Apa maksud serta semangat dari diadakannya konvensi yang diawali 26 Februari sampai 10 Maret 2016 itu?

Tak lain manfaat hadapi beberapa calon gubernur beserta wakilnya yang bakal bertanding di Pilkada DKI Jakarta 2017, terutama menghadang Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok, yang bakal maju kembali di Pilkada kelak.

Senin, 7 Maret 2016, Ahok menyebutkan diri sebagai akan calon perorangan berbarengan akan wakilnya, Heru Budi Hartono. Heru tak lain bawahannya sendiri yang menjabat Kepala Tubuh Pengelola Keuangan serta Aset Daerah DKI Jakarta.

Ahok menuruti tekad relawannya, Rekan Ahok, supaya dianya maju di jalur perorangan. Pada relawan, Ahok memohon segara menghimpun KTP support lagi lantaran kian lebih 700. 000 KTP support yang telah terkumpul dapat dikira tak sah akibat belum mencantumkan pasangannya.

Rekan Ahok miliki 150 hari ke depan untuk menghimpun KTP support baru sekurang-kurangnya sejumlah 1 juta KTP support. Satu usaha yg tidak gampang.

Tulisan ini tak punya maksud menerangkan “kenekatan” Ahok maju dari jalur perorangan tanpa ada support partai politik. Juga tak membahas peluang Ahok menang atau kalah atas “kenekatan”-nya itu. Bukanlah juga mengenai reaksi PDI-P yang awalannya disebut-sebut tertarik mensupport Ahok.

Bukanlah. Tulisan ini mengenai konvensi untuk menjaring akan calon gubernur DKI Jakarta yang diadakan beberapa tokoh berbasiskan agama itu.

Sampai kini konvensi itu dikira “milik” partai politik, bukanlah punya organisasi kemasyarakatan atau organisasi profesi spesifik.

Terlebih dulu, tidak pernah kita mendengar satu organisasi kemasyarakatan, ormas keagamaan, serta organisasi profesi mengadakan konvensi untuk melepaskan akan calon gubernur, bupati serta walikota untuk satu pertarungan politik Pilkada.

Pada th. 2004 Partai Golkar menyelenggarakan konvensi menjaring calon presiden untuk Pilpres. Wiranto memenangi konvensi sesudah menaklukkan Akbar Tanjung di putaran ke-2 konvensi.

Di putaran pertama terkecuali Wiranto serta Akbar yang lolos, bertarung peserta konvensi yang lain yakni Aburizal Bakrie, Surya Paloh, serta Prabowo Subianto.

Yang menarik sebelumnya “lima jagoan” Partai Golkar itu bertarung, konvensi juga menjaring calon diluar Partai Golkar yang bukanlah politisi. Ia dapat profesional, pemuka agama, budayawan atau imuwan.

Tersebutlah Nurcholish Madjid yang pernah tergiur ikuti konvensi, walau selanjutnya Cak Nur mundur teratur. Ungkapan popular atas mundurnya Cak Nur yaitu, “punya misi serta visi namun tidak miliki gizi”. Gizi disini sudah pasti materi dengan kata lain duit.

Kalau lalu organisasi kemasyarakatan atau ormas keagamaan berinisiatif mengadakan konvensi untuk menjaring calon perorangan Gubernur DKI Jakarta, pastinya ini hal baru.

Mekanisme baru ini positif serta layak memperoleh animo. Lepas maksudnya menjegal Ahok dengan semangat “sektarian” yang pekat seperti dijelaskan Ketua Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah Habib Rizieq Syihab.

“Konvensi Gubernur Muslim ditujukan untuk mengikhtiarkan sepasang calon gubernur serta wakil gubernur Musim untuk bertanding head to head melawan Ahok, ” kata Habib Rizieq Syihab yang juga Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) seperti dikabarkan Pada.

Seperti banyak beredar di mass media, FPI yang didirikan 17 Agustus 1998 itu sering berseberangan dengan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam sebagian segi, baik menyangkut inspirasi, kebijakan ataupun aksi. Bahkan juga FPI menampik Ahok sebagai gubernur dengan “menciptakan” Gubernur DKI Jakarta versus sendiri.

Aroma SARA ; suku, agama, ras, serta antargolongan jadi gosip yang nampak terang-terangan dalam beberapa peluang, termasuk juga dalam Pilkada DKI 2017 dimana Ahok menyebutkan bertarung kembali lewat jalur berdiri sendiri.

Usaha Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah yang dimotori Habib Rizieq Syihab memanglah diniatkan untuk menghadang Ahok sekalian “peringatan” untuk pemilih yang miliki hak tentukan dalam memastikan pilihannya yang sesuai sama harapan Majelis itu. Tengoklah 11 prasyarat calon peserta konvensi ini!

Ke-11 prasyarat peserta konvensi yaitu : lelaki, beragama Islam, berakal, sehat jasmani serta rohani, alim, visioner, berpihak pada golongan lemah, mempunyai rekam jejak tidak pernah mencemooh serta memusuhi Islam serta ummatnya, bersedia terima program yang di tawarkan Majelis Tinggi atau Dewan Pemilih, dan siap mensupport serta jadi juru kampanye calon lain yang dipilih.

Sebagai satu prasyarat yang ditetapkan penyelenggara, itu boleh-boleh saja, meski sejarawan JJ Rizal mengangap apa yang dikerjakan Habib Rizieq dengan konvensi yang dibesutnya sebagai “kemunduran besar” perpolitikan Tanah Air.

Menurut Rizal, politik sektarian telah tak dapat diaplikasikan di alam demokrasi serta telah usai mulai sejak Republik Indonesia berdiri.

Baiklah, itu pendapat yang dapat diiyakan atau disanggah, sesaat tulisan ini tak ada masalahnya dengan hal semacam itu. Ini tulisan mengenai konvensi.

Kembali pada konvensi yang dikerjakan dengan cara mandiri oleh organisasi kemasyarakatan serta bukanlah oleh partai politik. Sebenarnya ini bukanlah hal aneh waktu organisasi kemasyarakatan berbasiskan keagamaan seperti FPI “mengambil peran” yang umum dimainkan partai politik.

Apa yang dikerjakan Rekan Ahok dengan menghimpun KTP support itupun adalah peran yang di ambil alih relawan dari yang semestinya dikerjakan partai politik.

Jadi saat Imam Besar FPI mengambil peran itu berbentuk konvensi menjaring calon berdiri sendiri berbasiskan keagamaan, ya boleh-boleh saja serta bahkan juga mesti jadikan role jenis untuk menjaring calon perorangan.

Sampai kini, tak ada mekanisme menjaring calon berdiri sendiri. Mereka yang siap dengan cara fisik, mental, finansial, serta pesohor yang mempunyai yakin diri tinggi dapat maju demikian saja sebagai calon kepala daerah berdiri sendiri tanpa ada melalui saringan apa pun.

Walau sebenarnya, calon berdiri sendiri untuk Pilkada DKI dapat lahir belasan gunakan, jauh semakin besar dari peluang pasangan calon dari parpol tersebut. Bagaimana menilainya kwalitas mereka?

Dengan pemilih yang tercatat dalam DPT sejumlah 7 juta serta prasyarat minimum support KTP “cukup” 525. 000, jadi peluang pasangan calon berdiri sendiri yang dapat melenggang ke arena Pilkada sedikitnya dapat 12 gunakan.

Banding dengan prasyarat minimum parpol yang bisa mengusung calon minimum yang perlu mempunyai 22 kursi DPRD, jadi paling banyak peluang pasangan calon dari parpol “hanya” empat saja.

Terkecuali PDIP yang mempunyai 28 kursi, sembilan parpol yang lain butuh berkoalisi untuk memperebutkan tiga pasangan tersisa. Pikirkan calon perorangan dapat maju 12 gunakan sekalian!

Dengan basic berikut kenapa konvensi yang dikerjakan FPI serta grup orang-orang “seiman” jadi utama. Tak dapat disangkal, konvensi atas gagasan grup orang-orang itu sebagai suatu hal yang baru. Karena itu, ia dapat dikatakan sebagai preseden. Atas gagasan FPI ini konvensi bisa dipakai sebagai instrumen awal penjaringan akan calon gubernur dari jalur perorangan.

Saat ini grup profesional seperti pengacara, entrepreneur, jurnalis, guru, serta penggiat LSM yang yakin diri untuk maju ke arena Pilkada, dapat juga lakukan konvensi yang sama dengan apa yang dikerjakan FPI. Langkahnya? Simpel....

Siapa umpamanya diantara beberapa pengacara yang layak maju ke arena Pilkada? Ya, bikinlah konvensi diantara organisasi profesi seperti Peradi, Ikadin, AAI, KAI, dan sebagainya.

Juga di kelompok organisasi profesi seperti AJI, IJTI, PWI dapat mengadakan konvensi siapa diantara anggota mereka yang layak maju. Sekian selanjutnya serta tersebut esensi dari konvensi.

Walau luput dari perhatian serta kabar berita luas mass media, sukai atau tak, konvensi yang dimotori FPI ini tetaplah dapat jadikan role jenis atau contoh yang baik untuk menjaring calon berdiri sendiri. Terlebih bila konvensi diniatkan spesial untuk memajukan Jakarta serta seisinya.

Inilah berita yang bisa didapatkan Daftarsabungayam untuk para pembaca setia kami.
Salam admin Daftarsabungayam

Untuk pendaftaran silahkan isi data -data yang kami minta dibawah ini, apabila ada kesulitan anda bisa bertanya langsung di Live Chat, Terima kasih sudah mau bergabung dengan kami. bergabung dengan kami.