Kamis, 18 Februari 2016

Mengenal Kali Jodo Dari Masa Ke Masa

Daftarsabungayam - Nama Kali Jodo di Kelurahan Angke, Jakarta Barat, telah ada sebelumnya jadi tempat lokalisasi wanita tuna susila (WTS) atau saat ini pekerja sex komersil (PSK). Mulai sejak berlangsung perkelahian antargeng serta pembakaran tempat tinggal satu tahun lebih lantas, pihak kepolisian memohon supaya lokalisasi itu ditutup.

Kali Jodo pernah diusulkan untuk jadikan tempat aktivitas keagamaan, seperti yang sudah dikerjakan di Kramat Tunggak, Jakarta Utara, dengan dibangunnya Islamic Centre. Orang-orang mensupport serta tengah menanti apabila tempat maksiat itu jadikan pusat aktivitas keagamaan.

Di saat Gubernur Sutiyoso, ada juga gagasan untuk jadikan tempat lokalisasi Boker, di Cijantung, Jakarta Selatan, jadi Islamic Centre.

Orang Jakarta mulai sejak tempo doeloe menamakan satu tempat berdasar pada momen yang pernah berlangsung. Mungkin saja di kesempatan ini dahulu kerapkali beberapa gadis serta pria berpacaran serta selesai dengan perjodohan.

Dahulu di kesempatan ini setiap th. diadakan pesta Peh Coen Hare ke-100 Imlek (th. baru Cina). Pesta ini menarik beberapa muda-muda yang menginginkan melihat bermacam keramaian, seperti barongsai serta pesta ngibing diiringi gambang keromong. Banyak taipan sebagai sponsornya.

Pusat Perdagangan Harco di Glodok, Jakarta Barat, baru di bangun pada saat Orde Baru, waktu Indonesia buka diri di bagian ekonomi, hingga banyak berdatangan modal asing. Sedang pada saat Bung Karno, Indonesia memegang prinsip berdikari (berdiri diatas kaki sendiri) di bagian ekonomi.

Demikian meriahnya konsumen yang mendatangi pusat perdagangan elektronik itu sampai namanya di kenal di mancanegara. Pusat perdagangan Harco di bangun 1970-an berbarengan dengan pusat perdagangan dengan nama sama di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Pemborongnya H Abubakar Bahfen, seseorang keturunan Arab.

Terlebih dulu, pusat elektronik Harco adalah sisi dari Markas Polisi Seksi II, sejenis Polsek saat ini. Banyak pejuang kemerdekaan yang mendekam di penjara polisi ini, lantaran menentang pemerintah kolonial.

Satu diantara pahlawan yang pernah merasakannya yaitu Drs Muhammad Hatta yang dipenjarakan pada 1934 lantaran aktivitas politiknya. Lalu sang proklamator ini dibuang ke Boven Digul yang disebut pusat konsentrasi tahanan politik serta di kenal sebagai sarang malaria.

Di pusat perbelanjaan ini dulu ada Bioskop Orion yang memutar film-film Mandarin dari Hongkong. Penontonnya umumnya warga keturunan Cina.

Di dekatnya di jalan yang sama (Jalan Hayam Wuruk) ada tempat hiburan Thalia yang memutar opera-opera Stambul (dari kata Istanbul di Turki).

Di seberangnya ada Jalan Gajah Mada. Disini ada sisa tempat tinggal Mayor Cina, Khouw Kim An, yang dulunya adalah gedung paling indah di Jakarta Kota. Saat ini bangunan itu dihimpit gedung bertingkat 30 yang di bangun Moderen Grup.

Tempat tinggal bergaya negeri leluhur ini miliki beberapa puluh kamar. Lantaran, ia mempunyai banyak istri serta selir, yang hidup dalam satu gedung. Rutinitas yang dikira umum saat itu.

Di dekat stasiun kereta api BEOS, Jakarta Kota, seberang Gereja Portugis (Sion), ada jembatan Jassem (saat ini Jembatan Batu). Pada tempo doeloe orang-orang kerap melihat pesta-pesta meriah di sekitaran jembatan ini.

Seperti waktu pelantikan kapiten Cina ke-12 Lim Bengko pada saat Gubernur Jenderal Van der Parra (1771-1775). Pawai besar diikuti musik, barongsai, nyanyian, serta tarian, yang diikuti beberapa ratus pengarak, diawali dari jembatan ini keliling Jakarta Kota.

Masihlah di lokasi Glodok, ada Jalan Jie Lak Keng. Orang menyebutnya Jalan Jelakeng, berarti tempat nomer 26.

Disini ada perkumpulan silat Pa Te Koan yang berarti delapan pendekar. Saat berlangsung pembantaian beberapa orang Cina (1740), banyak suhu (guru) tewas melawan Belanda. Jadi, di dekatnya ada Kampung Pa Tie Kei (delapan jenazah).

Ada pula yang menyampaikan Pa Te Koan bermakna delapan teko. Lantaran, istri seseorang kapiten Cina yang dermawan sehari-hari sediakan delapan teko teh di depan tempat tinggalnya buat mereka yang melalui. Saat itu daerah ini masihlah sepi, belum ada yang jual makanan serta minuman.

Terdapat di samping kiri Jalan Pangeran Jayakarta, lebih kurang satu km. dari Stasion Beos ada Jalan Taruna, jalan sempit yang tidak bisa dilewati kendaraan bermotor. Dahulu jalan ini bernama Jalan Souw Beng Kong, nama Kapiten Cina pertama yang dimakamkan disini. Dia diangkat oleh Gubernur Jenderal JP Coen pada 1619 sesudah pindah ke Batavia dari Banten.

Saat ini makam itu cuma tinggal batu nisannya. Lantaran, semua sisi makam itu telah menyatu dengan tempat tinggal masyarakat.

Hingga pertengahan 1960-an di tiga RT di lokasi ini semuanya adalah tempat pemakaman beberapa orang Cina. Ia pernah bangun satu wisma elegan di dekat kastil (benteng) di Prinsenstraat (saat ini Jalan Cengkeh) Pasar Ikan, Jakarta Utara.

Golongan Cina perantauan (hoakiau) biasanya bangga jadi pakar waris kebudayaan leluhurnya.

Bekas PM Singapura Lee Kuan Yew yang dikira sebagai ayah bangsa Singapura pernah menyampaikan, " Yaitu Konfusionisme yang merajut persatuan dalam keluarga, yang pada gilirannya membesarkan anak cucunya jadi cendekiawan yang tangguh, tahan banting dalam hadapi tantangan. Kita yaitu contoh hidup dari rakyat Cina, yang karena ilham serta kebudayaan Cina, jadi bisa berprestasi gemilang. "

Inilah berita yang bisa didapatkan Daftarsabungayam untuk para pembaca setia kami.
Salam admin Daftarsabungayam

Untuk pendaftaran silahkan isi data -data yang kami minta dibawah ini, apabila ada kesulitan anda bisa bertanya langsung di Live Chat, Terima kasih sudah mau bergabung dengan kami. bergabung dengan kami.