Rabu, 11 November 2015

Fadli Zon!! Soeharto Lebih Pantas Menjadi Pahlawan Nasional Daripada Gus Dur


Daftarsabungayam - Wakil Ketua DPR Fadli Zon lebih pilih Presiden ke-2 Soeharto ditunjuk Pahlawan Nasional daripada Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid dengan kata lain Gus Dur. Penentuan ini didasari tak ada perjuangan dengan cara fisik dikerjakan Gus Dur di masa kemerdekaan.

Dia merekomendasikan pemberian gelar itu malah pada orang-tua ataupun kakeknya Gus Dur. Tetapi, baginya sisa Pejabat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terus pahlawan di bagian lain.

 " Bila menurut saya, Gus Dur itu pahlawan namun di bagian yang lain. Bila revolusi fisik, ayahnya Gus Dur lebih pas. Kakeknya lebih pas. Namun Gus Dur sendiri tidaklah orang yang ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan, " kata Fadli di Kompleks Parlemen DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (9/11).

Politikus Gerindra ini menuturkan pemilihannya pada Soeharto. Dia berasumsi Presiden ke-2 itu pernah ikut serta dengan cara fisik dalam serangan umum 1 Maret.

"Tetapi kalau kita bicara pahlawan nasional, menurut pendapat saya seharusnya adalah orang-orang yang berjasa, berjuang tanpa pamrih, dengan segala upayanya melebihi apa yang ditugaskan kepadanya. Terutama dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan."

- Fadli Zon

Soeharto, kata Fadli, adalah sosok keyakinan Jendral Soedirman. Di samping ikut serta serangan 1 Maret, Soeharto adalah pihak ikut serta segera perdamaian pada Presiden serta Wakil Presiden pertama Soekarno-Hatta dengan Jendral Soedirman.

 " Pak Soeharto terang ada. Dalam serangan umum 1 Maret, itu jasanya terang tak dapat disangkal. Pak Soeharto termasuk juga tokoh yang merekonsiliasi pada Soekarno-Hatta dengan Jenderal Soedirman. Lantaran Pak Harto ini yaitu orang keyakinan Jenderal Sudirman. Di samping Pak Harto juga berjasa dalam serangan umum 1 Maret. Itu terang. Itu tunjukkan pada dunia bahwa Indonesia masih tetap eksis, masih tetap ada meskipun cuma 6 jam pendudukan di Jogja, " tuturnya.

Fadli juga menolak tudingan umum menyebutkan Soeharto mengaplikasikan rezim otoriter pada saat kepemimpinan. Karena, pandangan itu adalah penilaian pribadi beberapa orang saja.

 " Jadi mesti kita lihat jasanya. Bila saat itu tak ada pemerintah darurat Indonesia serta gerilya dari Jenderal Soedirman plus apa yang dikerjakan perebutan 1 Maret, saya sangka Indonesia didalam perundingan internasional itu telah tak ada lagi, " katanya.

Fadli mengkritik pemerintah tentang pemberian gelar Pahlawan Nasional mesti. Dia lihat harus dirapikan sesuai sama klasifikasinya. Bila tak jadi gelar itu bakal melimpah serta Indonesia dicap negara dengan pahlawan paling banyak

 " Namun bila kita bicara pahlawan nasional, menurut pendapat saya semestinya yaitu beberapa orang yang berjasa, berjuang tanpa ada pamrih, dengan semua upayanya melebihi apa yang ditugaskan kepadanya. Terlebih dalam merebut kemerdekaan serta menjaga kemerdekaan di saat revolusi fisik, " katanya.